AKTIFITAS PENDAYAGUNAAN DALAM MSDM
TRAINING AND DEVELOPMENT
1.
DEFINISI PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN (TRAINING AND DEVELOPMENT)
a)
Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pelatihan kerja adalah keseluruhan
kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan
kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, meningkatkan serta mengembangkan
kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat
keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi
jabatan atau pekerjaan.
b)
Ivancevich
dalam Marwansyah (2010:154), pelatihan adalah proses sistematis untuk mengubah
perilaku karyawa, yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Pelatihan terkait dengan keterampilan dan kemampuan pekerjaan saat ini.
Orientasinya adalah saat ini membantu karyawan mengawasi keterampilan dan
kemampuan spesifik agar berhasil dalam pekerjaan.
c)
Pelatihan
dalam ilmu pengetahuan perilaku adalah suatu kegiatan lini dan staf yang
tujuannya adalah mengembangkan pemimpin untuk mencapai efektifitas pekerjaan
perorangan yang lebih besar, hubungan antar pribadi dalam organisasi yang lebih
baik dan penyesuaian pemimpin yang ditinggalkan kepada konteks seluruh
lingkungannya. (William G. Scott dalam Sedarmayanti, 2010:163)
d)
Pelatihan
adalah proses membantu pegawai memperoleh efektifitas dalam pekerjaan sekarang
atau yang akan datang melalui pengembangan kebiasaan, pikiran dan tindakan,
kecakapan, pengetahuan dan sikap. (Edwin B. Flippo dalam Sedarmayanti,
2010:164)
e)
Pelatihan
menurut Edwin B. Flippo (1995:75) merupakan suatu usaha
peningkatanknowledge dan skill seorang karyawan untuk menerapkan
aktivitas kerja tertentu. Dengan pelatihan perusahaan memperoleh masukan yang
baik menghadapi tantangan-tantangan manajemen yang terus berkembang dengan
memiliki karyawan yang dapat memenuhi penyelesaian masalah-masalah yang ada.
f)
Menurut
Wexley dan Yuki (1976:282) pelatihan merupakan suatu istilah yang menunjukkan
perencanaan, pembentukan dan memfasilitasi anggota organisasi atau karyawan
dalam penggabungan keahlian, pengetahuan dan sikap yang sesuai dengan keadaan
yang ada. Sedangkan menurut Gary Dessler (1997:263) pelatihan merupakan proses
mengajarkan karyawan baru atau yang ada sekarang, keterampilan dasar yang
mereka butuhkan unutk menjalankan pekerjaan mereka.
g)
Mondy
& Noe dalam Marwansyah (2010:155), pengembangan adalah pemberian kesempatan
belajar yang bertujuan untuk mengembangkan individu, tetapi tidak dibatasi pada
pekerjaan tertentu pada saat ini atau di masa yang akan datang dan memiliki
fokus yang lebih berjangka panjang.
h)
Pengertian
pelatihan dan pengembangan pegawai, dikemukakan oleh Adrew E. Sikula (1981 :
227) “training is short-terms educational process utilizing a systematic
and organized procedure by which non managerial personnel learn technical
knowledge and skills for a definite purpose. Development, in reference to
staffing and personnel matters, is a long-terms educational process utilizing a
systematic and organized procedure by which managerial personnel learn
conceptual and theoretical knowledge for general purpose”.
i)
Mariot
Tua Efendi H (2002) latihan dan pengembangan dapat didefinisikan sebagai usaha
yang terencana dari organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan,
dan kemampuan pegawai.
j)
Pengembangan
adalah suatu metode yang berorientasi pada peningkatan produktivitas kerja para
pekerja di masa depan (Sondang P. Siagian, 2009:182).
2.
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN
Menurut Sedarmayanti (2010: 164), menyatakan bahwa persamaan
antara pelatihan dan pengembangan yaitu keduanya memberi pengajaran dalam
penambahan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap.
Menurut Simamora (2003: 273), menyatakan bahwa pelatihan itu
diarahkan untuk membantu para karyawan menunaikan pekerjaan mereka saat ini
secara lebih baik sedangkan pengembangan mewakili suatu investasi yang
berorientasi ke masa mendatang dalam diri para karyawan.
Menurut Triton (2007: 105), menyatakan bahwa perbedaan pelatihan
dan pengembangan adalah sebagai berikut:
Pelatihan SDM
|
Pengembangan SDM
|
|
Konsentrasi
|
1.Pekerjaan yang bersifat teknis.
2.Fokus pada satu bidang kerja.
|
1. Peningkatan kualitas dan
kapasitas diri.
2. Fokus pada hubungan antara
individu dan organisasi.
|
Orientasi
|
1.Orientasi pada pelatih.
2.Orientasi pada tugas .
|
1. Orientasi peserta.
2. Orientasi proses.
|
Waktu
|
Jangka pendek
|
Jangka panjang
|
Alat ukur efektifitas
|
1.Kinerja
2.Pembiayaan
3.Kelulusan
4.Sertifikasi
|
1. Tidak kekurangan SDM.
2. Kemungkinan promosi dari kalangan
internal.
3. SDM kompetitif.
|
Menurut Sedarmayanti (2010: 164), menyatakan bahwa berdasarkan
pengertian pelatihan dan pengembangan terdapat beberapa perbedaan, yaitu
sebagai berikut:
·
Pelatihan
bertujuan mempersiapkan karyawan yang akan segera diberi tugas mengerjakan
pekerjaan yang telah ada dalam lembaga (proses pendidikan jangka pendek)
·
Pengembangan
diperlukan untuk mempersiapkan karyawan mengerjakan pekerjaan di masa yang akan
datang (proses pendidikan jangka panjang)
Selain itu, berdasarkan dimensi belajar pelatihan dan pengembangan
dapat dibedakan menjadi:
Dimensi Belajar
|
Pelatihan
|
Pengembangan
|
Siapa
|
Non pimpinan
|
Pimpinan
|
Apa
|
Keterampilan tekis
|
Kemampuan teori dan konsepsi
|
Mengapa
|
Tujuan khusus berhubungan jabatan
|
Tujuan umum
|
Waktu
|
Jangka pendek
|
Jangka pendek
|
Menurut Kaltz dalam buku Sedarmayanti (2010: 165), menyatakan bahwa
perbedaan antara pelatihan dan pengembangan terletak pada bobot materi program.
Berdasarkan asumsi, bahwa dalam organisasi terdapat tiga kemampuan yang harus
dimiliki karyawan, yaitu kemampuan/keterampilan teknis, kemampuan untuk
melakukan interaksi dengan orang lain, dan kemampuan teori/konsepsi. Dengan
demikian dalam setiap program pelatihan dan pengembangan, materi yang diberikan
akan meliputi ketiga kemampuan dengan intensitas bobot berbeda.
3.
TUJUAN PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN
Tujuan-tujuan utama pelatihan pada intinya dapat dikelompokkan ke
dalam beberapa bidang (Simamora, 2009):
a.
Memperbaiki
kinerja.
Hal ini diarahkan bagi ara pegawai yang kurang terampil dan juga berlaku
bagi karyawan barubaru dipromosikan yang tidak memiliki keahlian dan kemampuan
di bidang barunya. Kendatipun pelatihan tidak dapat memecahkan semua masalah
kinerja yang tidak efektif, program pelatihan dan pengembangan yang sehat kerap
berfaedah dalam meminimalkan masalah-masalah ini.
b.
Memutakhirkan
keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi.
Hal ini dilakukan karena perubahan teknologi menuntut perusahaan
untuk menyesuaikan diri terhadap kemajuan teknologi agar mampu bersaing dengan
perusahaan sejenis sehingga melalui pelatihan para pegawai dapat secara efektif
menggunakan teknologi baru untuk diintegrasikan ke dalam perusahaan.
c.
Mengurangi
waktu belajar bagi karyawan baru supaya menjadi kompeten dalam pekerjaan.
Sering seorang karyawan baru tidak memiliki keahlian-keahlian dan
kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi “job competence”, yaitu mampu
mencapai output dan standar kualitas yang diharapkan, sehingga
melalui pelatihan pegawai baru diarahkan untuk mempunyai job competence tersebut.
d.
Membantu
memecahkan permasalahan operasional.
Meskipun persoalan-persoalan organisasional menyerang dari berbagai
penjuru, pelatihan adalah sebagai salah satu cara terpenting guna memecahkan
banyak dilema yang harus dihadapi oleh manajer. Pelatihan di berbagai bidang
dapat membantu pegawai menyelesaikan masalah organisasional dan melaksanakan
pekerjaan mereka secara efektif.
e.
Mempersiapkan
karyawan untuk promosi.
Salah satu cara untuk menarik, menahan, dan memotivasi karyawan
adalah melalui program pengembangan karir yang sistematik. Mengembangkan
kemampuan promosional karyawan adalah konsisten dengan kebijakan personalia
untuk promosi dari dalam. Pelatihan adalah unsur kunci dalam sistem
pengembangan karir. Organisasi-organisasi yang gagal menyediakan pelatihan
untuk memobilitas vertikal akan kehilangan karyawan yang
berorientasi-pencapaian (achievement oriented) yang merasa frustasi karena
tidak adanya kesempatan untuk promosi dan akhirnya memilih keluar dari
perusahaan dan mencari perusahaan lain yang menyediakan pelatihan bagi kemajuan
karir mereka.
f.
Mengorientasikan
karyawan terhadap organisasi.
Selama beberapa hari pertama pada pekerjaan, karyawan baru
membentuk kesan pertama mereka terhadap organisasi dan tim manajemen. Kesan ini
dapat meliputi dari kesan yang menyenangkan sampai yang tidak mengenakkan, dan
dapat mempengaruhi kepuasan kerja dan produktivitas keseluruhan karyawan.
Karena alasan inilah, beberapa pelaksana orientasi melakukan upaya bersama
supaya secara benar mengorientasikan karyawan-karyawan baru terhadap organisasi
dan pekerjaan.
g.
Memenuhi
kebutuhan-kebutuhan pertumbuhan pribadi.
Pelatihan dan pengembangan dapat memainkan peran ganda dengan
menyediakan aktivitas-aktivitas yang membuahkan efektifitas organisasional yang
lebih besar dan meningkatkan pertumbuhan pribadi bagi semua karyawan.
Tujuan-tujuan utama pengembangan pada intinya dapat dikelompokkan
ke dalam beberapa bidang, sebagai berikut:
1)
Produktivitas
kerja
Produktivitas karyawan yang tinggi dalam suatu perusahaan dapat
meningkatkan kualitas maupun kuantitas produksi. Peningkatan produktivitas
tersebut, dapat dilakukan melalui pelaksanaan pengembangan karyawan.
Pengembangan karyawan ini bertujuan untuk mengembangakan kemampuan teknis,
kemampuan berpikir dan kemampuan manajerial.
Kemampuan teknis merupakan kemampuan karyawan dalam menggunakan
peralatan yang ada di dalanm perusahaan. Kemampuan berpikir merupakan kemampuan
karyawan untuk dapat menggunakan pikirannya dalam menjalankan aktivitas
pekerjaannya. Kemampuan manajerial adalah kemampuan untrk mengatur atau
memanajemen suatu prosedur pekerjaan sehingga dapat berjalan secara baik dan
sesuai dengan rencana.
2)
Efisiensi
Efisiensi perusahaan sangat penting untuk meningkatkan daya saing
perusahaan di tengah persaingan dengan perusahaan lain. Efisiensi dapat berupa
tenaga, waktu, biaya dan bahan baku, serta berkurangnya kerusakan dari
mesin-mesin sehingga efisiensi dapat dikatakan suatu tindakan yang sangat
penting dan sangat berguna bagi perusahaan untuk dapat meningkatkan laba yang
diinginkan oleh perusahaan tersebut.
3)
Kerusakan
Kerusakan ialah tidak berfungsinya atau tidak bergunanya nilai
barang dan alat yang disebabkan oleh kemampuan karyawan yang terbatas, sehingga
cenderung menggunakan barang dan alat dengan cara yang tidak baik. Dengan
adanya pengembangan karyawan ini, kerusdakan barang dan alat produksi
perusahaan dapat dikurangi atau ditekan
4)
Kecelakaan
Terjadinya kecelakaan dalam pekerjaan menandakan kurang tepatnya
perusahaan atau pimpinan dalam menenmpatkan setiap karyawan. Kecelakaan
tersebut terjadi mungkin karena karyawan kurang ahli dan terampilk dalanm
menjalankan pekerjaannya. Tujuan penting diadakannya pengembangan karyawan
adalah mengurangi atau menekan tingkat kecelakaan karyawan yang terjadi dalam
perusahaan ketika menjalankan kegiatan atau pekerjaan. Apoabila seuatu
perusahaan sering mendapatkan kecelakaan yang disebabkan oleh karyawannya, maka
jumlah biaya yang ditanggung oleh perusahaan akan meningkat.
5)
Pelayanan
Dengan adanya pengembangan karyawan, maka setiap karyawan
diharapkan mampu melayani pelanggan perusahaan dengan lebih baik, karena tanpa
pelayanan yang baik, sduatu perusahaan tidak akan mampu menambha pelanggan.
Pelayanan ini merupakan daya tarik yang sangat penting bagi peningkatan laba
suatu perusahaan
6)
Moral
karyawan
Dengan adanya pengembangan karyawan, maka moral karyawan diharapkan
akan lebih baik, dimana keahlian dan keterampilan serta kemampuan yang dimiliki
karyawan sesuai dengan pekerjaannya, sehingga karyawan bekerja bersemangat dan
antusia dalam menyelesaikan setiap pekerjaan dengan hasil yang memuaskan bagi
perusahaan
7)
Karier
Dengan adanya pengembangan karyawan maka kesempatan untuk
meningkatkan karier lebih besar, dimana pendidikan, keahlian dan keterampilan
dalam menjalankan pekerjaan lebih baik dari sebelum mendapatkan pengembangan
8)
Kepemimpinan
Dengan adanya pengembangan, diharapkan seorang pemimpin dapat
melakukan tugasnya secara baik, sehingga keberhasilan ataupun kegagalan yang
diperoleh perusahaan, bergantung pada bagaimana pemimpin dalam mengatur,
menjaga, dan menjalankan setiap rencana yang baik antara bawahan dan atasan
9)
Kompensasi
Dengan meningkatnya kemampuan dan keterampilan yang dimiliki
seorang karyawan, akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi pekerjaan,
sehingga laba yang diperoleh perusahaan akan meningkat. Peningkatan kompensasi
karyawan itu berdasarkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh
perusahaan serta berdasarkan laba atau keuntungan yang diperoleh perusahaan
Tujuan pengembangan sumber daya manusia mempunyai dua dimensi,
yaitu dimensi individual dan dimensi konstitusional/organisasional. Tujuan yang
berdimensi individual mengacu kepada sesuatu yang dicapai oleh seorang pegawai.
Sedangkan tujuan yang berdimensi organisasional mengacu kepada apa yang dapat
dicapai oleh organisasi sebagai hasil dari program-program pengembangan sumber
daya manusia. (LAN dan DEPAGRI, 2007:15)
4.
MANFAAT PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN
Simamora (2009:183-184), bagi organisasi terdapat paling sedikit
tujuh manfaat dari pelaksanaan program pelatihan dan pengembangan, yaitu:
a.
Peningkatan
produktifitas kerja sebagai keseluruhan, antara lain karena tidak terjadinya
pemborosan, karena kecermatan melaksanakan tugas.
b.
Terwujudnya
hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan antara lain karena adanya
pendelegasian wewenang, interaksi yang didasarkan pada sikap dewasa baik secara
teknikal maupun intelektual, saling menghargai dan adanya kesempatan bagi
bawahan untuk berpikir dan bertindak secara inovatif.
c.
Terjadinya
proses pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat karena melibatkan para
pegawai yang bertanggung jawab.
d.
Meningkatkan
semangat kerja seluruh tenaga kerja dalam organisasi dengan komitmen
organisasional yang lebih tinggi.
e.
Mendorong
sikap keterbukaan manajemen melalui penerapan gaya manajerial yang
partisipatif.
f.
Memperlancar
jalannya komunikasi yang efektif yang pada gilirannya memperlancar proses
perumusan kebijaksanaan organisasi dan operasionalisasinya.
g.
Penyelesaian
konflik secara fungsional yang dampaknya adalah tumbuh suburnya rasa persatuan dan
suasana kekeluargaan di kalangan para anggota organisasi.
5.
ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN (TRAINING NEED ANALYSIS)
Pada tahap pertama organisasi memerlukan fase penilaian yang
ditandai dengan satu kegatan utama yaitu analsis kebutuhan pelatihan. Terdapat
tiga situasi dimana organisasi diharuskan melakukan analisis tersebut,
yaitu: performance problem, new system and
technology serta automatic and habitual training.
Situasi pertama, berkaitan dengan kinerja dimana karyawan
organisasi mengalami degradasi kualitas atau kesenjangan antara unjuk kerja
dengan standar kerja yang telah ditetapkan.
Situasi kedua, berkaitan dengan penggunaan komputer, prosedur atau
teknologi baru yang diadopsi untuk memperbaiki efesiensi operasional
perusahaan.
Situasi ketiga, berkaitan dengan pelatihan yang secara tradisional
dilakukan berdasarkan persyaratan-persyaratan tertentu misalnya kewajiban legal
seperti masalah kesehatan dan keselamatan kerja.
TNA merupakan sebuah analisis kebutuhan workplace secara
spesifik dimaksud untuk menetukan apa sebetulnya kebutuhan pelatihan yang
menjadi prioritas. Informasi kebutuhan tersebut akan dapat membantu organisasi
dalam menggunakan sumber daya (dana, waktu dll) secara efektif sekaligus
menghindari kegatan pelatihan yang tidak perlu.
Analisis kebutuhan adalah sebuah metode untuk mendapatkan informasi
yang diperlukan untuk membuat keputusan terbaik dalam mewujudkan tujuan-tujuan
organisasi. (Bogardus dalam Marwansyah, 2010:166)
Tujuan analisis kebutuhan pelatihan
Ø Memastikan bahwa pelatihan memang merupakan salah satu solusi untuk
memperbaiki atau meningkatkan kinerja pegawai dan produktivitas organisasi.
Ø Memastikan bahwa para peserta pelatihan benar-benar orang yang
tepat unutk mengikuti pelatihan.
Ø Memastikan bahwa kompetensi yang diajarkan selama pelatihan
benar-benar sesuai dengan elemen-elemen kerja yang dituntut dalam suatu jabatan
tertentu.
Ø Mengidentifikasi bahwa jenis pelatihan dan metode yang dipilih
sesuai dengan materi pelatihan.
Ø Memastikan bahwa penurunan kinerja atau masalah sejenis memang
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap kerja,
bukan oleh alasan-alasan lain yang tidak bisa diselesaikan melalui pelatihan.
Data dan informasi dalam analisis kebutuhan
·
Latar
belakang dan tujuan: sebagai sebuah sistem, di dalam organisasi biasanya
beberapa divisi atau bagian yang saling berinteraksi dan saling bergantung.
Keberadaan berbagai divisi berimplikasi pada kebutuhan pelatihan yang bisa
berbeda-beda antara divisi yang satu dengan yang lain. Oleh karena itu, pada
tahapan ini perancang program pelatihan harus cermat dalam menilai kebutuhan
ini.
·
Peserta:
data lain yang sangat penting, menyangkut partisipan pelatihan yakni peserta
dan pelatih atau fasilitator. Dengan mengidentifikasi peserta pelatihan,
perancang program dapat menentukan format yang tepat, apkah akan menggunakan
format ruang kelas, belajar sendiri, belajar dari pengalaman, atau menggunakan
beberpa format sekaligus.
·
Pekerjaan:
analisis kebutuhan pelatihan yang mencakup aspek pekerjaan bertujuan mengumpulkan
informasi tentang fungsi dan tanggung jawab jabatan, tingkat kinerja yang
diharapkan dan kemampuan serta keterampila apa saja yang harus dimiliki oleh
individu atau kelompok untuk dapat memenuhi standar kinerja yang diharapkan.
·
Materi
pelatihan: materi pelatihan mungkin sudah tersedia untuk berbagai jabatan.
Meski demikian, tidak berarti bahwa materi tersebut selalu cocok untk setiap
peserta dan setiap situasi. Materi pelatihan yang baik harus selalu
diperbaharui sesuai dengan kondisi yang ada supaya isi pelatihan benar-benar
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta.
·
Dukungan:
mengingat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan maupun
organisasi secara keseluruhan tidak hanya ditentukan oleh pelatihan, maka
perancang pelatihan perlu memastikan bahwa ia mendapatkan dukungan dari
berbagai pihak di dalam organisasi.
Fungsi Training Need Analysis
ü Mengumpulkan informasi tentang skill,
knowledge dan feeling pekerja;
ü Mengumpulkan informasi tentang job content dan job
context;
ü Mendefinisikan kinerja standar dan kinerja aktual dalam rincian
yang operasional;
ü Melibatkan stakeholders dan membentuk dukungan;
ü Memberi data untuk keperluan perencanaan.
Kebutuhan
pelatihan harus dilakukan melalui suatu analisis, baik di tingkat organisasi,
jabatan, maupun individu. Analisis tingkat organisasi
(organizational analysis) ditujukan unutk mengetahui dibagian mana dalam
organisasi yang memerlukan program pelatihan.
Analisis
tingkat jabatan (job/task analysis) untuk mengidentifikasi isi dari pelatihan
yang dibutuhkan. Analisis tingkat individu (individual analysis) untuk
mengidentifikasi karakteristik dari tenaga kerja, dalam arti kemampuan dan
keterampilan apa yang masih kurang dipunya untuk dapat melaksanakan tugas jabatannya.
Penentuan kebutuhan akan pelatihan dengan analisis di tingkat organisasi,
jabatan, tugas dan individu tersebut dapat dilaksanakan dengan menggunakan
pendekatan-pendekatan tertentu yang akan menganalkisis berbagai kebutuhan
perusahaan, sebagai berikut:
1.
Performance
Analysis
Memulai analisis dengan
menjawab pertanyaan “Kinerja jabatan apa yang dibutuhkan?” pertanyaan ini dapat
dijawab dengan langkah sebagai berikut:
a)
Menentukan
kinerja jabatan yan dibutuhkan.
b)
Menentukan
titik kritis keluaran yang diharapkan dari jabatan tersebut.
c)
Menentukan
tugas apa yang harus dilaksanakan untuk mewujudkan kinerja jabatan tersebut.
d)
Menentukan
kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas dengan baik.
e)
Menentukan
faktor lain yang berpengaruh terhadap kinerja jabatan
tersebut seperti desain jabatan, sumber daya yang tersedia.
f)
Menyusun
skala prioritas dari kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan dan dirumuskan
sebagai kurikulum pelatihan.
g)
Merumuskan
rekomendasi untuk memperbaiki kelemahan yang ada.
2.
Task
Analysis
Memulai analisis dengan
menjawab pertanyaan “Tugas apa yang dibutuhkan?”, dapat dijawab dengan langkah
sebagai berikut:
a)
Menentukan
tugas apa yang harus dilaksanakan untuk mewujudkan kinerja jabatan tersebut.
b)
Menentukan
kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas dengan baik.
c)
Menyusun
skala prioritas dari kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan dan rumusan
sebagai kurikulum pelatihan.
3.
Competency
Study
Memulai analisis dengan
menjawab pertanyaan: “Kompetensi apa yang dibutuhkan?” dapat dijawab dengan
langkah sebagai berikut:
1.
Bertanya
kepada key person tentang kompetensi apa yang harus dimiliki sesuai
dengan jabatannya.
2.
Menentukan
kemampuan dan keterampilan apa yang dibutuhkan agar memiliki kompetensi
tersebut.
3.
Menyusun
skala prioritas tentang kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan dan
merumuskannya sebagai kurikulum pelatihan.
4.
Planning
Needs Survey
Pendekatan ini memulai analisis dengan menjawab pertanyaan
“Kemampuan dan keterampilan apa yang dibutuhkan?” Pertanyaan ini mengantarkan
kita pada langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Bertanya
kepada key person tentang kemampuan dan keterampilan apa yang
dibutuhkan untuk dapat melaksanakan tugas jabatannya
2.
Menyusun
skala prioritas tentang kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan dan
merumuskannya sebagai kurikulum pelatihan (Wahyudi, 1996:142)
6.
METODE PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN
A.
Metode
praktis (on-the-job training): adalah pelatihan yang dilaksanakan di tempat
kerja terpisah/di luar tempat kerja, dan di luar waktu kerja regular.
1.
Simulasi:
Model pembelajaran simulasi merupakan model pembelajaran yang membuat suatu
peniruan terhadap sesuatu yang nyata, terhadap keadaan sekelilingnya (state of
affaris) atau proses. Model pembelajaran ini dirancang untuk membantu
peserta mengalami bermacam-macam proses serta untuk memperoleh konsep
keterampilan pembuatan keputusan.
ü Metode studi kasus: penyajian tertulis dan naratif serangkaian
fakta dari permasalahan yang dianalisis dan dipecahkan oleh peserta pelatihan.
ü Role playing: menganalisis masalah antar pribadi dan memupuk
keahlian hubungan manusia.
ü Business games: mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan
bersama atau suatu keputusan yang integral.
ü Ventribule training: dilakukan ditempat tersendiri yang dikondisikan
seperti tempat aslinya. Pelatihan ini digunakan untuk mengajarkan keahlian
kerja yang khusus.
ü Latihan laboratorium: meningkatkan sensitivitas antar pribadi
dengan menuntut diskudi yang terbuka dan jujur tentang perasaan, sikap dan
perilaku peserta latihan.
ü Program pengembangan eksekutif
2.
Presentasi
Informasi
·
Metode
kuliah: penyajian informasi secara lisan dan menitikberatkan pada materi
bersifat teori.
·
Programmed
instruction: presentasi informasi yang sudah menggunakan pola tertentu.
·
Self-study:
upaya mendapatkan informasi/pengetahuan tanpa instruksi.
·
Analisis
transaksional: peserta dibimbing untuk menganalisis hubungan antar pribadi.
·
Presentasi
video: melihat kembali apa yang telah dilakukan untuk bahan penyempurnaan.
·
Metode
konferensi: kelompok diskusi yang diawasi oleh evaluator.
B.
Teknik-teknik
presentasi informasi dan metode-metode simulasi (off-the-job training): adalah
metode pelatihan yang dilaksanakan di tempat kerja sebenarnya dan dilakukan
sambil bekerja.
·
Rotasi
jabatan: memperluas latar belakang peserta dalam bisnis dengan berpindah
pekerjaan sepanjang periode enam bulan hingga dua tahun.
·
Coaching:
merupakan aktifitas yang mengharapkan timbal balik dalam penampilan kerja,
dukungan dari pelatih, dan penjelasan secara berlahan bagaimana melakukan pekerjaan
secara tepat.
·
Instruksi
pekerjaan: dimulai dengan penjelasan awal tentang tujuan pekerjaan, dan
menunjukan langkah-langkah pelaksanan pekerjaan.
·
Magang:
proses penerimaan karyawan baru, yang bekerja bersama dan dibawah
bimbingan praktisi yang ahli untuk beberapa waktu tertentu.
·
Sistem
penilaian prestasi: pengevaluasian prestasi pekerrja selama pelatihan.
·
Penugasan
sementara: memberikan penempatan karyawan pada posisi manajerial atau sebagai
anggota panitia tertentu untuk jangka waktu yang ditetapkan.
Pengembangan Karir (Career
Development)
Pengembangan karir (career
development) meliputi aktivitas-aktivitas untuk mempersiapkan seorang
individu pada kemajuan jalur karir yang direncanakan. Beberapa prinsip
pengembangan karir adalah sebagai berikut :
1.
Pekerjaan itu sendiri mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
pengembangan karir.
2.
Bentuk pengembangan skill yang
dibutuhkan ditentukan oleh permintaan pekerjaan yang spesifik
3.
Pengembangan akan terjadi hanya jika seorang individu belum memperoleh skill yang sesuai dengan tuntutan
pekerjaan
4.
Waktu yang digunakan untuk pengembangan dapat direduksi/dikurangi dengan
mengidentifikasi rangkaian penempatan pekerjaan individu yang
rasional.
Implementasi perencanaan karir merupakan pengembangan karir. Untuk itu
pengembangan karir dapat didefinisikan sebagai semua usaha pribadi
karyawan yang ditujukan untuk melaksanakan rencana karirnya melalui pendidikan,
pelatihan, pencarian dan perolehan kerja, serta pengalaman kerja.
Titik awal pengembangan karir dimulai dari diri karyawan sendiri, di mana
setiap orang bertanggung jawab atas pengembangan atau kemajuan karirnya.
Setelah komitmen dimiliki, beberapa kegiatan pengembangan menguntungkan
karyawan dan organisasi, departemen SDM melakukan pelatihan dan pengembangan
bagi karyawan.
Perencanaan Karir (Career Planning)
Perencanaan Karir (career planning)
terdiri atas dua suku kata, yaitu perencanaan dan karir. perencanaan
didefinisikan sebagai proses penentuan rencana atau kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan pada masa yang akan datang. sedangkan karir adalah semua pekerjaan
yang dilakukan seseorang selama masa kerjanya yang memberikan kelangsungan,
keteraturan dan nilai bagi kehidupan seseorang.
Jadi perencanaan karir (career
planning) adalah suatu proses dimana individu dapat mengidentifikasi dan
mengambil langkah-langkah untuk mencapai tujuan-tujuan karirnya.
Melalui perencanaan karir (career
planning) setiap individu mengevaluasi kemampuan dan minatnya sendiri, mempertimbangkan
kesempatan karir alternative, menyusun tujuan karir, dan merencanakan
aktivitas-aktivitas pengembangan praktis.
CAREER PLANNING
( PERENCANAAN KARIR)
CAREER
Adalah seluruh pekerjaan atau jabatan yang didapatkan selama
hidupnya.
CAREER PATH / TUJUAN KARIR
Adalah serangkaian pola dari pekerjaan-pekerjaan yang membentuk karir
seseorang.
CAREER GOALS/TUJUAN KARIR
Posisi
seseorang dimasa yad dimana seseorang harus mencapainya sebagai suatu bagian
dari karirnya.
CAREER PLANNING/PERENCANAAN KARIR
Proses
dimana seseorang memilih tujuan dari karirnya dan jenjang dalam mencapai tujuan
tsb.
CAREER DEVELOPMENT/PENGEMBANGAN KARIR
Peningkatan diri dengan salah satu cara melakasanakan pencapaian
rencana karir seseorang.
KEBUTUHAN KARYAWAN
DALAM PERENCANAAN KARIR
1. CAREER EQUITY / KEADILAN KARIR
Karyawan ingin keadilan dalam hal system promosi dengan menerima peluang
kemajuan karir.
2. SUPERVISORY CONCERN / PERHATIAN
SUPERVISOR
Karyawan ingin supervisornya memainkan peran aktif dalam mengembangkan karir
dan memberikan umpan balik kinerja tepat pada waktunya
3. AWARENESS OF OPPORTUNITIES /SADAR AKAN
PELUANG-PELUANG
Karyawan ingin pengetahuan tentang peluang-peluang kemajuan karir.
4. EMPLOYEE INTEREST
Karyawan membutuhkan jumlah perbedaan dari informasi dan memiliki perbedaan
tingkatan dari kemajuan karir yang tergantung pada berbagai macam faktor.
5. CAREER SATISFACTION
Karyawan tergantung pd usia dan jabatan mereka memeiliki perbedaan
tingkatan dari keputusan karir.
SIKLUS KARIR
Tahapan-tahapan pengembangan karir seseorang, terdiri dari :
1. TAHAP
PERTUMBUHAN
Periode dari lahir sampai usia 14 tahun. Orang mengembangkan konsep diri dengan
mengidentifikasikan diri dan berinteraksi dengan orang lain (keluarga, teman,
guru,dll)
2. TAHAP
PENJELAJAHAN
Usia 15
sampai dengan 24 tahun.
Secara serius menjelajahi berbagai alternative kedudukan , berusaha mencocokkan
alternative tersebut dengan minat dan kemampuan.
3. TAHAP
PENETAPAN TUJUAN
Usia 24
sampai dengan 44 tahun
Jantung
dari kehidupan kerja, terdiri dari :
· Sub Tahap Percobaan
Usia 25
sampai dengan 30 tahun
Menentukan apakah bidang pilihannya cocok, jika tidak maka akan mengubahnya.
· Sub Tahap Pemantapan
Usia 30
sampai dengan 40 tahun
Kedudukan diperusahaan
ditetapkan dan perencanaan karir lebih eksplisit dijalankan.
· Sub Tahap Krisis Pertengahan Karir
Membuat penilaian baru yang besar atas kemajuan mereka sehubungan dengan ambisi
dan tujuan awal karir.
4. TAHAP
PEMELIHARAAN
Usia 45
sampai dengan 60 tahun.
Menciptakan suatutempat didunia kerja dan kebanyakan usaha sekarang diarahkan
pada memelihara tempat tersebut.
5. TAHAP
KEMEROSOTAN
Orang menghadapi prospek harus menerima berkurangnya level kekuasaan dan
bertanggungjawab.
KESIMPULAN
yang dapat
memenuhi penyelesaian masalah-masalah yang ada. Sedangkan pengembangan adalah
pemberian kesempatan belajar yang bertujuan untuk mengembangkan individu,
tetapi tidak dibatasi pada pekerjaan tertentu pada saat ini atau di masa yang
akan datang dan memiliki fokus yang lebih berjangka panjang.
Perbedaan
antara pelatihan dan pengembangan yaitu pelatihan bertujuan mempersiapkan
karyawan yang akan segera diberi tugas mengerjakan pekerjaan yang telah ada
dalam lembaga (proses pendidikan jangka pendek). Sedangkan pengembangan
diperlukan untuk mempersiapkan karyawan mengerjakan pekerjaan di masa yang akan
datang (proses pendidikan jangka panjang).
Proses
pelatihan dan pengembangan dimulai dengan penentuan kebutuhan pelatihan dan
pengembangan atau suatu penilaian kebutuhan yang komprehensif, penetapan tujuan
yang bersifat umum dan spesifik, pemilihan metode, media, dan prinsip-prinsip
pembelajaran, implementasi program, dan diakhiri dengan tahap evaluasi program.
Langkah yang disebut terakhir ini diperlukan untuk mengevaluasi keberhasilan
program pelatihan dan pengembangan dengan mengukur reaksi atau pendapat peserta
terhadap program kemampuan menyerap materi, kemampuan peserta untuk menerapkan
pengetahuan baru, dan tercapai atau tidaknya tujuan program.
DAFTAR PUSTAKA
Covey, Stephen R. 2005. Strategi
Pelatihan dan Pengembangan Sumber Saya Manusia Untuk Memenangkan Competitive
Advantage dan Cooperative Advantage (oleh Gabriel Amin Silalahi. Surabaya:
Batavia Press.
Grensing, Lin dan Phopal. 2006.
Human Resources Book: Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis. Jakarta:
Prenada Media Group.
Hasibuan, H. Malayu
S.P..2009.Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi.Jakarta:PT. Bumi Aksara.
Marwansyah. 2010. Manajemen Sumber
Daya Manusia Edisi Kedua. Bandung: Alfabeta.
Moekijat. 2010. Sumber Daya Manusia.
Bandung: CV. Mandar Maju.
Priansa, Donni Juni dan H. Suwatno.
2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi Publik dan Bisnis.
Bandung: Alfabeta.
Siagian, Sondang P. 2009. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sedarmayanti. 2010. Manajemen Sumber
Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manjemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung:
PT. Refika Aditama.
Simamora, Henry.2004.Manajemen
Sumber Daya Manusia.Edisi ketiga.Yogyakarta:Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN
Sofyandi, Herman. 2008. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sutrisno, Edy. 2011. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jakarta: Prenada Media Group.
Tohardi, Ahmad. 2001. Pemahaman
Praktis Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: CV. Mandar Maju.
file:///C:/Users/tokichi/Downloads/MSDM/TRAINING%20AND%20DEVELOPMENT.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar